Kamis, 21 November 2013

Teori Modernisasi



Teori modernisasi merupakan sebuah teori yang muncul karena adanya kesenjangan antar negara secara ekonomi antara negara agraris dan negara industri yang menganut konsep pembagian kerja secara internasional. Namun secara keseluruhan lebih menguntungkan negara industri.

teori-teori yang mewakili dan termasuk ke dalam kelompok teori modernisasi tersebut adalah sebagai berikut:

1.    Teori Harrod-Domar: Tabungan dan Investasi

Teori ini berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Sedangkan yang menjadi masalah utama pembangunan adalah kekurangan modal, tabungan, dan investasi. Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah ini pemerintah di suatu negara mencari tambahan modal, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri.

2.    Max Weber: Etika Protestan

Max weber berpendapat bahwa peran agama akan lebih positif jika di implikasikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Etika protestan, Ajaran ini menyatakan bahwa seseorang sudah di takdirkan sebelumnya untuk masuk surga atau neraka. Dengan indikatornya adalah keberhasilan di dunia. Kalau seseorang berhasil dalam kerjanya di dunia, maka hampir dapat di pastikan bahwa dia ditakdirkan masuk surga setelah dia mati nanti, dan begitupun sebaliknya. Sehingga, mereka bekerja keras untuk meraih sukses di dunia demi kejelasan nasibnya di akhirat kelak.  Hal ini dapat mencegah kapitalisme di setiap negara

3.    David McClelland: Dorongan berprestasi dalam bekerja atau n-Ach
David McClelland berpendapat bahwa untuk membuat sebuah pekerjaan berhasil, yang paling penting adalah dorongan berprestasi dalam bekerja/n-Ach. Untuk itu diperlukan semangat kerja, memiliki optimisme yang tinggi, keberanian untuk mengubah nasib dan tidak cepat menyerah.  Oleh karena itu, kalau dalam sebuah masyarakat ada banyak orang yang memiliki n-Ach yang tinggi, maka dapat diharapkan masyarakat tersebut akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

4.     WW. Rostow: Lima Tahap Pembangunan
Menurut Rostow, pembangunan merupakan sebuah proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yaitu dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Proses pembangunan tersebut di bagi kedalam lima tahap, yaitu:
1.    Masyarakat Tradisional: belum banyak menguasai ilmu pengetahuan.
2.  Pra kondisi untuk lepas landas: perubahan pola pikir masyarakat tradisional akibat dari intervensi masyarakat yang sudah maju, dan bersiap-siap menuju proses lepas landas.
3.    Lepas landas: ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
4.    Bergerak ke kedewasaan: perkembangan industri melaju pesat, sehingga kegiatan ekspor-import menjadi seimbang.
5.    Jaman konsumsi massal yang tinggi: tahap ini merupakan proses pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang bisa menopang kemajuan secara kontinyu.

5.    Bert F. Hoselitz: Faktor-faktor non ekonomi

Hoselitz berpendapat bahwa di perlukan pembangunan kelembagaan (institution building) yang dapat memengaruhi pemasokan modal dan menjadikannya produktif, sehingga dapat menghasilkan tenaga wiraswasta dan administrasi, serta keterampilan teknis dan keilmuan yang di butuhkan. Pemasokan modal yang di butuhkan meliputi beberapa unsur, yaitu:
a). Pemasokan modal besar dan perbankan
b). Pemasokan tenaga ahli yang terampil

6.     Alex Inkeles dan David H. Smith: Manusia Modern
Menurut Inkeler dan Smith, faktor penting penopang pembangunan adalah SDM yang kompetitif, sehingga produktivitas sarana material dapat di kembangkan. Untuk itu, di perlukan manusia modern, yaitu manusia yang memilik keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia bisa menguasai alam, dan bukan sebaliknya, dsb. Untuk membentuk manusia modern tersebut, maka cara yang paling efektif adalah melalui pendidikan, pengalaman kerja dan pengenalan terhadag media massa

Rabu, 20 November 2013

Terbentuknya Gunung Muria dan Lasem



Sejarah dan Status Gunung Muria dan Gunung Lasem

Pulau Gunung Muria
Tidak banyak yang bisa diketahui tentang sejarah gunung Muria dan Lasem. Diperkirakan gunung Muria berusia tidak terlalu tua dibandingkan gunung-gunung lainnya. Gunung ini baru terbentuk sekitar 1 juta hingga 10.000 tahun sebelum Masehi.

Masih menurut perkiraan beberapa ahli, gunung Muria dan Gunung Lasem dulunya merupakan sebuah pulau vulkanik yang terpisah dari daratan pulau Jawa. Dalam kurun 500 – 1000 tahun terakhir, pulau Muria dan Lasem  ini kemudian menyatu dengan pulau Jawa akibat sedimentasi dan subduksi lempeng. Dugaan ini diperkuat catatan HJ De Graaf dan Th G Pigeaud (Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram; Grafiti Pers, 1985) yang mengisahkan jalur perdagangan pada masa lalu yang dilakukan dari Semarang – Demak langsung menuju Rembang dengan melalui selat sempit diantara Jawa Tengah dan pulau Muria.


Dahulu pusat Kerjaan Demak terletak di tepi pantai Selat Muria yang memisahkan antara Pulau Jawa dan Pulau Muria. Kapal dapat berlayar dengan baik saat melewati selat yang cukup lebar. Oleh karena itu dalam sejarah, Kerajaan Demak pernah disebut sebagai Kerjaan Maritim.
Tetapi setelah abad ke-17, selat Muria sudah tidak dapat dipakai berlayar setiap saat, karena terjadi pendangkalan yang disebabkan proses sedimentasi. Orang dapat berlayar selama musim hujan dengan sampan lewat tanah yang tergenang air, mulai dari Jepara sampai Pati, di tepi Sungai Juwana. Pada tahun 1657, Tumenggung Pati mengumumkan niatnya untuk menggali saluran air baru dari Demak ke Juwana, sehingga Juwana dapat menjadi pusat perdagangan. Boleh jadi, ia ingin memulihkan jalan air lama, yang seabad sebelumnya masih bisa dipakai.
Dan akhirnya sampai sekarang karena proses pengendapan tanah (sedimentasi) pada jalur air tersebut, Selat Muria benar-benar hilang. Dan Pulau Jawa dan Pulau Muria menjadi satu seperti saat ini. Daerah Juwana sendiri kalau berdasar teori ini berarti awalnya adalah laut yang lambat laun mendangkal menjadi payau atau rawa-rawa.
Jejak jalur air dari selat tersebut bisa dilihat dari daerah aliran Sungai Silugonggo saat ini. Kita bisa membayangkan bahwa dahulu sungai itu merupakan sebuah selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Muria.
Perlu kita tahu bahwa sampai saat ini daerah-daerah banjir di wilayah Demak, Kudus dan Pati merupakan daerah-daerah yang dulunya adalah jalur Selat Muria

siklus batuan

Alur dari siklus batuan yaitu;
1.Adanya konvergen antara ocean crust dengan continental crust menghasilkan gunung api
2.Lava yang keluar dari proses erupsi ataupun yang belum sempat keluar dan membeku akan menjadi batuan beku.Mineral-mineral utama pembentuk batuan beku : Ca-felspar (plagioklas), alkali felspar, kuarsa (SiO2), mineral mafik/basa (amfibol, piroksen, olivin,mika) dan mineral asesori (zirkon, apatit, sfene, epidot, garnet
3.beku Batuan beku,mengalami weathering,erosi dan tertransportasi dalam waktu cukup lama akan mengendap menjadi batuan sedimen
4.Batuan beku,batuan sedimen yang terkena struktur geologi dan terkena suhu dan tekanan yang tinggi akan menjadi batuan metamorf.ciri-ciri batuan metamorf adalah berlapis-lapis karena hasil dari pecampuran batuan beku dan batuan sedimen
5.Ketiga batuan tersebut dapat berubah kembali menjadi magma jika terjadi kembali konvergen antara ocean crust dengan continental crust

Minggu, 22 September 2013

Sistem Pegunungan Di Indonesia


A.  Sistem Pegunungan Sunda Alpin (The Alpin Sunda Montain System).
Busur pegunungan ini masuk ke Indonesia melalui P. Andaman kemudian pecah menjadi 2, sehingga membentuk deretan pulau – pulau rangkap (double island festoon). Dan busur pegunungan tersebut adalah;
a.    Busur dalam (Inner arch) yang bersifat vulkanis yang terdiri dari: Bukti Barisan di Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, A. lor, Solor, Wetar, Banda, dan berakhir di Saparua dan Ambeleau (Maluku).
b.    Busur luar (outer arch) yang bersifat non – vulkanis yang terdiri dari P. Simelue, Nias, Kep. Mentawai, P. Enggono dan tenggelam di sebelah selatan P. Jawa kemudian muncul lagi di P. Sabu, Roti, Timor, Leti, Babar, Tanimbar, Kai, Seram dan berakhir di P. Buru.

B.  Sistem Pegunungan Asia Timur (The Best Asiatic System)
Sistem pegunungan ini termasuk dalam Sirkum Pasifik, yang kemudian masuk di Indonesia bercabang menjadi 2, yaitu:
a.    Busur Luzon, menuju Kalimantan Utara melalui P. Palawan, dan P. Sulu (Filipina)
b.    Busur Mindanao, menuju ke Sanghe masuk Sulawesi Utara.

C.  Sistem Pegunungan Sirkum Australia (The Cireum Australia System)
Sistem Pegunungan ini dimulai dari Selandai Baru dan Masuk ke Indonesia membentuk 2 jalur pegunungan, yaitu:
a.    Busur dalam yang bersifat non-vulkanis, yang melalui ekor Irian Timur lalu membentuk punggung di tengah – tengah Irian sampai ke P. Misool.
b.    Busur luar bersifat vulkanis, yaitu melalui pantai Utara Irian sampai di P. Halmahera.