Selasa, 10 Maret 2015

Perbedaan Pandangan Mengenai Skala Likert

Seperti yang diketahui dalam statistika hanya ada 4 skala pengukuran data yaitu: nominal, ordinal, interval, dan rasio. 
  
Ukuran Nominal 
Ukuran nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apa-apa.

Ukuran Ordinal 
Ukuran ordinal adalah angka yang diberikan mengandung pengertian tingkatan. Ukuran nominal digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah ke yang tertinggi atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan urutan (ranking) saja.

Ukuran Interval 
Seperti halnya dengan ukuran ordinal, ukuran interval adalah mengurutkan orang atau objek berdasarkan suatu atribut. Selain itu, juga memberikan informasi tentang interval antara satu orang atau objek dengan orang atau objek lainnya. Interval atau jarak yang sama pada skala interval dipandang sebagai mewakili interval atau jarak yang sama pula pada objek yang diukur.


Ukuran rasio, 
adalah ukuran yang mencakup semua ukuran sebelumnya ditambah dengan satu sifat lain, yaitu ukuran ini memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur. Ukuran rasio mempunyai titik nol, karena itu interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan titik nol. Karena ada titik nol tersebut, maka ukuran rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada skala rasio menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur 

Jadi termasuk data pengukuran mana skala likert??????
Dari beberapa artikel yang pernah saya baca ada perbedaan pandangan tentang skala likert, dimana ada yang berpendapat bahwa skala likert adalah ordinal namun ada juga yang berpendapat bahwa skala likert itu termasuk ukuran interval. Tentu saja perbedaan pandangan ini akan sangat berpengaruh dengan alat analisis apa yang akan digunakan untuk menganalisis data hasil kuesioner.

Statistik non-parametrik merupakan statistik sebaran yang tidak mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi baik normal ataupun tidak, dan biasanya statistik non-parametrik digunakan untuk menganalisis data berbentuk nominal dan ordinal yang pada umumnya tidak berdistribusi normal. sedangkan Statistik Parametrik, mempertimbangkan jenis sebaran atau distribusi data, yaitu apakah data menyebar secara normal atau tidak dan menggunakan skala interval dan rasio. Dengan kata lain, data yang akan dianalisis menggunakan statistik parametrik harus memenuhi asumsi normalitas. Pada umumnya, jika data tidak menyebar normal, maka data seharusnya dikerjakan dengan metode statistik non-parametrik, atau setidak-tidaknya dilakukan transformasi terlebih dahulu agar data mengikuti sebaran normal, sehingga bisa dikerjakan dengan statistik parametric.

Mengacu kepada aturan statistic parametric dan non-parametrik tentu saja jika skala likert merupakan ukuran nominal dan ordinal tentu kita tidak dapat menganalisisnya dengan regresi berganda. Jika melihat alat analisis yang populer digunakan adalah regresi berganda untuk melihat bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, tentu saja kita tidak bisa serta merta langsung menggunakan data dari hasil angket menggunakan skala likert jika skala liker merupakan ukuran ordinal.

Apakah tidak bisa menggunakan regresi berganda jika data yang diperoleh menggunakan angket yang menggunakan skala likert???. Kita tetap bisa menggunakan regresi berganda meskipun data yang dihasilkan dari skala likert termasuk dalam asumsi ukuran ordinal. Data yang diperoleh dari angket yang menggunakan skala likert dapat ditransformasikan menjadi ukuran interval dengan metode Successive Interval. Mentransformasi data ordinal ke bentuk interval relatif sangat mudah yaitu hanya dengan menggunakan add-in untuk mengubah data ordinal ke interval yang ada di MS Excel.

Hal ini tentu saja tidak berhenti di sini bagaimana dengan pendapat bahwa skala likert merupakan skal interval. Apakah yang melakukan analisis regresi langsung dengan data dari kuesioner dengan skala likert itu menyalahi aturan sehingga hasil pengukurannya tidak tepat. Tentu saja itu menjadi kebingungan atau bahkan adalah yang membaca artikel ini pada saat skripsinya langsung menggunakan data dari kuesioner tanpa melakukan transformasi ke ukuran interval.

Kebingungan saya sedikit terjawab setelah mulai mencari-cari di internet mengenai permasalahan ini. Saya akhirnya menemukan PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2011 ISBN: 978-979-097-142-4 yang berjudul PERBEDAAN PANDANGAN SKALA LIKERT SEBAGAI SKALA ORDINAL ATAU SKALA INTERVAL oleh Suliyanto bahan bacaan yang sangat memberikan saya pencerahan mengenai kebingungan ini.

Pendeknya tulisan ini membahas tentang pandangan mengenai skala likert sebenarnya termasuk pada skala apa sehingga jelas bahwa apakah harus di transformasi jika dianalisis dengan statistik parametrik atau tidak perlu dilakukan transformasi.

Hasil kesimpulan dari prosiding seminar nasional tentang perbedaan pandangan skala likert sebagai skala ordinal atau interval adalah:
a. Skala likert merupakan skala yang sudah memiliki tingkatan namun jarak antar tingkatan belum pasti.
b. Terdapat korelasi yang kuat antara data yang belum ditransformasi dengan data yang telah ditrasfomasi dengan menggunakan metode sucsesive interval baik menggunakan korelasi rank spearman maupun korelasi product moment.
c. Tidak terdapat perbedaan kesimpulan analisis regresi antara data yang belum ditransformasi dengan datayang telah ditransfomasi dengan menggunakan metode sucsesive interval.
d. Tidak terdapat perbedaan kesimpulan analisis jalur antara data yang belum ditransformasi dengan data yang telah ditransfomasi dengan menggunakan metode sucsesive interval.


silahkan  mendownload PDF  Prosiding nya di http://downloads.ziddu.com/download/23625372/skalalikertdaninterval.pdf.html

Tentu saja berdasarkan hasil kesimpulan prosiding seminat nasional tersebut menghilangkan kebingungan, karena setelah dilakukan analisis dengan menggunakan data yang belum ditransformasi dan yang sudah ditranformasikan tidak terdapat perbedaaan kesimpulan untuk alat analisis regresi dan analisis jalur (kemungkinan untuk statistic parametric lain juga tidak berbeda). Hal ini tentu menjadi jawaban bahwa meskipun kita menggunakan angket dengan skala likert, data dari angket tersebut dapat di analisis langsung menggunakan analisis regresi ataupun jalur karena hasilnya tidak akan berbeda meskipun data diubah ke bentuk interval.
Tetapi kemungkinan besar hasil ini hanya berlaku untuk skala likert dengan rentang 1-5 yaitu 5 (sangat setuju), 4 (setuju), 3 (netral), 2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak setuju).

Kamis, 01 Mei 2014

Mikroskop


A.  Bagian-Bagian Mikroskop



  1. Lensa Okuler
  2. Tabung Mikroskop
  3. Tombol pengatur fokus kasar
  4. Tombol pengatur fokus halus
  5. Revolver
  6. Lensa Objektif
  7. Lengan mikroskop
  8. Meja Preparat
  9. Penjepit objek gelas
  10. Kondensor
  11. Diafragma
  12. Reflektor/cremin
  13. Kaki mekroskop
 
B. Fungsi bagian-bagian mikroskop :

1.Lensa Okuler
Untuk memperbersar benda yang dibentuk oleh lensa objektif.

2. Tabung mikroskop
Untuk mengatur fokus, dapat dinaikkan dan diturunkan

3.Tombol pengatur fokus kasar
Untuk mencari fokus bayangan objek secara cepat sehingga tabung mikroskop turun atau naik dengan cepat

4.Tombol pengatur fokus halus
Untuk memfokuskan bayangan objek secara lambat, sehingga tabung mikroskop turun tau naik dengan lambat.

5.Revolver
Untuk memilih lensa objektif yang akan digunakan

6.Lensa Objektif
Untuk menentukan bayangan objektif serta memperbesar benda yang diamati. Umumnya ada 3 lenso objektif dengan pembesaran 4 kali, 10 kali, dan 40 kali.

7.Lengan mikroskop
Untuk pegangan saat membawa mikroskop

8.Meja preparat
Untuk meletakkan objek (benda) yang akan di amati

9. Penjepit objek gelas
Untuk menjepit preparat diatas meja preparat agar preparat tidak bergeser.

10. Kondensor
Merupaka lensa tambahan yang berfungsi untuk mengumulkan cahaya yang masuk dalam mikroskop

11. Diafragma
Berupa lobang-lobnag yang ukurannya dari kecil sampai selebar lubang pada meja objek. Berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang akan masuk mikroskop.

12. Reflektor/Cermin
Unutk memantulakan dan mngerahkan cahaya kedalam mikroskop. Ada dua jenis cermin, yaitu datar dan cekung. Bila sumber cahaya lemah, misalkan sinar lampu, digunkan cermin cekung tetapi bila sumber cahaya kuat , misalnya snar cahaya matahri, digunakan cermin datar.

13.Kaki Mikroskop
Untuk menjaga mikroskop agar dapat berdiri dengan mantap diatas meja.

Selasa, 29 April 2014

Ekosistem Hutan Gugur



 

A.  Komponen Abiotik Hutan Gugur

1.    Suhu
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang dan Memiliki 4 musim yaitu musim panas, gugur, dingin, semi. Suhu hutan rata – rata ± 50º F. Menjelang musim dingin sinar matahari mulai berkurang dan suhu mulai turun dan menjelang musim panas suhu menjadi naik. Bioma hutan gugur (Deciduous Forest) adalah bioma yang banyak terdapat di bagian belahan bumi utara dan sebagian belahan bumi selatan. Antara lain di negara Canada, Swedia, Finlandia, Norwegia, Rusia, sebagian Amerika Serika yang meliputi daerah yang luas, mulai dari sungai Mississippi hingga pantai Atlantik dan dari Florida hingga Kanada bagian Selatan, Chili, Kazakhstan, Cina dan Jepang. Sedangkan di Indonesia, bioma ini dapat ditemukan di Jawa Barat hingga Jawa Timur. Penaman bioma ini berdasarkan atas ciri – ciri umum dari ditemukannya tumbuhan di sekitarnya yang menggugurkan daunnya pada musim gugur.
2.    Curah hujan
Curah hujan merata sepanjang tahun antara 75 – 100 cm / tahun
3.    Cahaya Matahari
Saat musim gugur menjelang musim dingin, pancaran energi matahari berkurang, suhu rendah dan air cukup dingin. Oleh karena itu daun-daun menjadi merah dan coklat, kemudian gugur karena tumbuhan sulit mendapatkan air. Daun dan buah-buahan yang gugur kelak kemudian menjadi tumpukan senyawa organik.
Pada musim panas, bioma hutan gugur menerima sinar matahari yang cukup tinggi. Sehingga curah hujan dan kelembapan pada saat itu juga meningkat. Hal ini menyebabkan pohon pohon dapat hidup dengan baik dan subur.

4.    Karakteristik Musim Hutan Gugur

a.    Saat musim panas pohon-pohon yang tinggi tumbuh dengan daun lebat dan membentuk tudung, tetapi cahaya matahari masih dapat menembus tudung tersebut hingga ke tanah karena daunnya tipis
b.    Saat musim gugur menjelang musim dingin, pancaran energi matahari berkurang, suhu rendah dan air cukup dingin. Oleh karena itu daun-daun menjadi merah dan coklat, kemudian gugur karena tumbuhan sulit mendapatkan air. Daun dan buah-buahan yang gugur kelak kemudian menjadi tumpukan senyawa organik.
c.    Saat musim dingin menjadi salju, tumbuhan menjadi gundul, beberapa jenis hewan mengalami/dalam keadaan hibernasi (tidur panjang pada waktu musim dingin).
d.   Saat musim semi menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai berdaun kembali, tumbuhan semak mulai tumbuh di permukaan tanah, hewan-hewan yang hibernasi mulai aktif kembali.

B.  Komponen biotik Hutan Gugur

1.    Tumbuhan Hutan Gugur

Pohon Basswood,Pohon Maple,Pohon Oak,Pohon Elm,Pohon Angsana


2. Hewan Hutan Gugur 
Rusa, Rakun , Macam-macam Serangga, Bajing/tupai, Burung Platuk, Burung Hantu

C.  Rantai Makanan Ekosistem  Hutan Gugur