Teori modernisasi merupakan sebuah teori yang
muncul karena adanya kesenjangan antar negara secara ekonomi antara negara
agraris dan negara industri yang menganut konsep pembagian kerja secara
internasional. Namun secara keseluruhan lebih menguntungkan negara industri.
teori-teori yang mewakili dan termasuk ke dalam
kelompok teori modernisasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori
Harrod-Domar: Tabungan dan Investasi
Teori ini berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Sedangkan yang menjadi
masalah utama pembangunan adalah kekurangan modal, tabungan, dan investasi.
Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah ini pemerintah di suatu negara mencari
tambahan modal, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri.
2. Max
Weber: Etika Protestan
Max weber berpendapat bahwa peran agama akan lebih
positif jika di implikasikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Etika protestan, Ajaran
ini menyatakan bahwa seseorang sudah di takdirkan sebelumnya untuk masuk surga
atau neraka. Dengan indikatornya adalah keberhasilan di dunia. Kalau seseorang
berhasil dalam kerjanya di dunia, maka hampir dapat di pastikan bahwa dia
ditakdirkan masuk surga setelah dia mati nanti, dan begitupun sebaliknya.
Sehingga, mereka bekerja keras untuk meraih sukses di dunia demi kejelasan
nasibnya di akhirat kelak. Hal ini dapat
mencegah kapitalisme di setiap negara
3. David
McClelland: Dorongan berprestasi dalam bekerja atau n-Ach
David McClelland berpendapat bahwa untuk membuat
sebuah pekerjaan berhasil, yang paling penting adalah dorongan berprestasi
dalam bekerja/n-Ach. Untuk itu diperlukan semangat kerja, memiliki optimisme yang
tinggi, keberanian untuk mengubah nasib dan tidak cepat menyerah. Oleh karena itu, kalau dalam sebuah masyarakat
ada banyak orang yang memiliki n-Ach yang tinggi, maka dapat diharapkan
masyarakat tersebut akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
4. WW. Rostow: Lima Tahap Pembangunan
Menurut Rostow, pembangunan merupakan sebuah proses
yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yaitu dari masyarakat yang terbelakang
ke masyarakat yang maju. Proses pembangunan tersebut di bagi kedalam lima
tahap, yaitu:
1.
Masyarakat Tradisional: belum banyak menguasai ilmu
pengetahuan.
2. Pra kondisi untuk lepas landas: perubahan pola pikir
masyarakat tradisional akibat dari intervensi masyarakat yang sudah maju, dan
bersiap-siap menuju proses lepas landas.
3.
Lepas landas: ditandai dengan tersingkirnya
hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
4.
Bergerak ke kedewasaan: perkembangan industri melaju
pesat, sehingga kegiatan ekspor-import menjadi seimbang.
5.
Jaman konsumsi massal yang tinggi: tahap ini merupakan
proses pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang bisa menopang
kemajuan secara kontinyu.
5. Bert
F. Hoselitz: Faktor-faktor non ekonomi
Hoselitz berpendapat bahwa di perlukan pembangunan
kelembagaan (institution building) yang dapat memengaruhi pemasokan modal dan
menjadikannya produktif, sehingga dapat menghasilkan tenaga wiraswasta dan
administrasi, serta keterampilan teknis dan keilmuan yang di butuhkan.
Pemasokan modal yang di butuhkan meliputi beberapa unsur, yaitu:
a). Pemasokan modal besar dan perbankan
b). Pemasokan tenaga ahli yang terampil
6. Alex Inkeles dan David H. Smith: Manusia
Modern
Menurut Inkeler dan Smith, faktor penting penopang
pembangunan adalah SDM yang kompetitif, sehingga produktivitas sarana material
dapat di kembangkan. Untuk itu, di perlukan manusia modern, yaitu manusia yang
memilik keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa
sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia
bisa menguasai alam, dan bukan sebaliknya, dsb. Untuk membentuk manusia modern
tersebut, maka cara yang paling efektif adalah melalui pendidikan, pengalaman
kerja dan pengenalan terhadag media massa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar